ibnjaldun.com

Benarkah Yakjuj dan Makjuj Dikurung di Tembok Tinggi Antara Samarkand & India?

Yakjuj dan Makjuj Benarkah Yakjuj dan Makjuj Dikurung di Tembok Tinggi Antara Samarkand & India?/Foto: Wikipedia

Jakarta, News -

Dalam Islam, kemunculan Yakjuj dan Makjuj merupakan salah satu dari tanda-tanda kiamat besar (Kiamat Kubro).

Yakjuj dan Makjuj adalah keturunan Nabi Adam AS dari keturunan Nabi Nuh AS, yang merupakan nenek moyang bangsa Turk. Mereka merupakan bangsa pembuat kerusakan di bumi menjelang Hari Akhir nanti.

Hal tersebut sesuai dengan sebuah hadis yang berbunyi:

ADVERTISEMENT

Dari Abdullah bin 'Amr, Rasulullah SAW pernah bersabda: "Sesungguhnya Yakjuj dan Makjuj dari keturunan Adam. Sekiranya mereka dilepas niscaya mereka akan merusak kehidupan manusia, dan tidak mati salah seorang dari mereka melainkan ia meninggalkan dari keturunannya seribu atau lebih." (HR Ath-Thabrani)

Lokasi Tembok Yakjuj dan Makjuj

Yakjuj dan Makjuj masih dikurung dalam sebuah tembok yang dibangun oleh Zulkarnain dan hanya bisa keluar dari tempat tersebut sesuai kehendak Allah SWT.

Keberadaan tembok Yakjuj dan Makjuj mengundang rasa penasaran banyak orang. Tak sedikit dari mereka yang berusaha untuk mencari keberadaan tembok tersebut.

Dalam kitab Al Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir, beberapa raja beserta ahli sejarah melakukan perjalanan untuk mencari tembok Yakjuj dan Makjuj, salah satunya adalah Khalifah Abbasiyah Al Watsiq.

Al Watsiq memerintahkan beberapa gubernurnya untuk melihat serta meneliti dinding tersebut, bersama para pasukannya.


Setelah melakukan perjalanan yang panjang, para gubernur dan pasukan utusan Al Watsiq tiba di sebuah tembok yang terbuat dari besi dan timah. Pintu dari tembok tersebut memiliki kunci yang berukuran besar.

Selain itu, para gubernur dan pasukan Al Watsiq juga melihat banyak susu dan madu di tembok besar misterius itu, dijaga ketat oleh para penjaga dari kerajaan-kerajaan yang berbatasan dengan tembok tersebut.

Tembok yang ditemukan oleh para gubernur dan pasukan Al Watsiq sangat tinggi, dikelilingi dengan gunung-gunung yang tak dapat didaki. Tembok tersebut dibuat dari potongan-potongan besi yang dituangkan cairan timah di atasnya.

Menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir azh-Zhilal, ditemukan sebuah tembok penghalang yang tidak jauh dari Kota Tirmiz (Uzbekistan), yang terkenal dengan pintu besi di awal abad ke-15 Masehi (M).

Ahli sejarah asal Spanyol, Kla Pejo, melakukan perjalanan pada tahun 1403 M dan mengatakan bahwa kota pintu besi terletak di antara Samarkand (Uzbekistan) dan India.

Berdasarkan kesaksian Kla Pejo, banyak orang yang meyakini bahwa kota pintu besi yang dimaksud adalah tembok Yakjuj dan Makjuj, yang dibangun oleh Dzulqarnain.

Dalam Tafsir The Holy Qur'an, Abdullah Yusuf Ali mengungkapkan bahwa lokasi tembok yang berada di antara Samarkand dan India serupa dengan daerah Hissar, Uzbekistan, yang memiliki celah sempit di antara gunung-gunung batu.

Celah gunung antara Uzbekistan dan India terletak di jalur utama Turkestan ke India, yang disebut Buzghol-Khana dalam bahasa Turki, Bab al Hadid dalam bahasa Arab, Dar-i-Ahani dalam bahasa Persia, dan Tie-Men-Kuan dalam bahasa Cina. Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, empat sebutan tersebut berarti "Pintu Gerbang Besi."


Tembok Yakjuj dan Makjuj dalam Al Quran

Al Quran telah menyebutkan bahwa Yakjuj dan Makjuj dikurung oleh Zulkarnain dalam sebuah tembok besar. Hal ini sesuai dengan Surat Al Kahfi ayat 94 yang berbunyi:

قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَىٰ أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا

Artinya: "Mereka berkata: "Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?"

Kemudian, Zulkarnai memberikan jawabannya dalam Surat Al Kahfi ayat 95-98, yang berbunyi:

قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا

آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا سَاوَىٰ بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا

فَمَا اسْطَاعُوا أَنْ يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْبًا

قَالَ هَٰذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي ۖ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ ۖ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا


Artinya: "Dzulkarnain berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi". Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah (api itu)". Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu". Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya. Dzulkarnain berkata: "Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar"."

(kpr/kpr)
Tonton juga video berikut:

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat