Gus Mus Sebut Pakai Batik Berarti Ikuti Perilaku Nabi Muhammad
Gus Mus Sebut Pakai Batik Berarti Ikuti Perilaku Nabi Muhammad / Foto: instagramMustasyar PBNU KH A. Mustofa Bisri atau yang biasa dikenal Gus Mus sempat menyoroti bagaimana umat muslim di Indonesia senang berpenampilan layaknya orang Arab. Penampilan itu mulai dari memakai jubah putih, sorban, hingga memelihara jenggot. Gus Mus pun tak heran karena banyak umat muslim yang menganggap itu sebagai salah satu ittiba' (mengikuti jejak) Nabi Muhammad.
"Mereka kira, pakaian yang mereka pakai itu pakaian Kanjeng Nabi. Padahal, jubah, serban, sekalian jenggotnya, itu bukan pakaian Kanjeng Nabi. Abu Jahal juga begitu, karena itu pakaian nasional Arab," ungkap Gus Mus dilansir dari situs NU pada Rabu (2/10).
Kiai asal Rembang ini lantas berujar bahwa nabi sebetulnya sangat menghormati tradisi yang ada di tempat tinggalnya. Hal itu yang membuat nabi mengenakan pakaian khas daerah Arab dan tak membuat pakaian sendiri untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah rasulullah.
"Seandainya, ini seandainya, kalau Rasulullah itu lahir di Texas, mungkin pake jeans. Makanya Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid), saya, make pakaian sini (Jawa); pake batik," kata Gus Mus.
"Ini, ittiba' Kanjeng Nabi. Ya begini ini, bukan pake serban, berjenggot. Itu ittiba' Abu Jahal juga bisa. Tergantung mukanya," sambungnya.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj lantas menilai bahwa batik merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia yang memiliki keunikan tersendiri di mata dunia. Hal itu yang membuat KH Said merasa bangga menjadi orang Indonesia.
"Orang dulu membuat motifnya itu tidak sembarangan. Apalagi yang batik tulis. Konon katanya ketika akan membatik itu ada yang tirakat dulu sebab ada yang sampai dua tahun. Konon begitu yang batik tulis. Itu untuk keberkahan," kata KH Said.
"Saya jadi orang Indonesia bukan pilihan. Tiba-tiba Tuhan menghendaki saya jadi orang Indonesia, itu kan anugerah, amanah dari Tuhan," sambungnya.
Sementara itu, KH Said menilai bahwa mengenakan pakaian Arab belum tentu menandakan kedalaman agama seseorang. Pasalnya, hal terpenting dari berpakaian adalah bisa menutup aurat.
"Dalam Islam yang penting berpakaian itu menutup aurat. Mau sarung, kain, jilbab, kebaya, sari India, celana asal tidak terlalu ketat, yang penting menutup aurat. Adapun jika budaya bertabrakan dengan Islam, maka Islam meluruskan. Yang tidak bertabrakan, kita pertahankan," tutupnya.
(ikh/ikh)